Efek Blog

Senin, 13 Maret 2017

Etika & Profesionalisme TSI

Menjadi Seorang Web Desaigner



Profesi : Web Desaigner       
  
            Pada video tersebut dijelaskan beberapa tips yang sebaiknya dilakukan dan dipersiapkan untuk menjadi seorang web desaigner. Beberapa tips tersebut diantaranya :
1.      Mengetahui struktur html atau menguasai html.
2.      Merencanakan desain yang akan dibuat.
3.      Menyesuaikan desain yang akan dibuat dengan isi atau tema pada web tersebut.
4.      Mulai melakukan desain namun dilakukan pada media kertas terlebih dahulu, tujuannya adalah agar tidak terjadi kesalahan pada desain web yang akan kita buat.
5.      Melakukan desain web secara langsung dengan menggunakan html.

Definisi Web Desaigner   
    
            Sedangkan perancang web atau desainer web (web designer) adalah orang yang memiliki keahlian menciptakan konten presentasi  ( biasanya hypertext atau hypermedia) yang dikirimkan ke pengguna-akhir melalui World Wide Web, menggunakan Web browser atau perangkat lunak Web-enabled lain seperti televisi internet, Microblogging, RSS, dan sebagainya. Dengan berkembangnya spesialisasi dalam desain komunikasi dan bidang teknologi informasi, ada kecenderungan kuat untuk menarik garis yang jelas antara web design khusus untuk halaman web dan pengembangan web secara keseluruhan dari semua layanan berbasis web.
            Alasan mengapa seseorang harus memiliki etika dan profesionalisme adalah agar terhindar dari sikap atau perbuatan yang dapat melanggar norma - norma atau peraturan dibidang yang sedang dijalani, tidak terkecuali pada bidang web desaigner.
            Terdapat beberapa etika yang harus dimiliki oleh seorang web desaigner, etika tersebut diantaranya adalah :
1.      Reliability / Reliabilitas
Seorang web developer memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa proyeknya bisa selesai dan bisa digunakan oleh kliennya. Apabila seorang web developer memiliki keragu - raguan atas kemampuannya menyelesaikan sebuah proyek, ia wajib menginformasikan hal tersebut di awal pengerjaaan.

2.      Confidentiality / Kerahasiaan
Dalam sebuah proyek website, seorang web desainer pasti akan menggunakan akses code dan username untuk berbagai hal ( CMS, CPanel, Spanel, FTP ) yang bisa didapatkan dari klien ataupun dari perusahaan hosting. Merupakan kewajiban web developer untuk menyimpan baik data tersebut selama proyek berlangsung dan melakukan serah terima data - data tersebut setelah proyek pembuatan web selesai.

3.      Usability / Kedaya guna-an
Sebuah website harus dibuat supaya useful / berguna, bukan terserah keinginan kliennya. Pertama, fungsi – fungsi yang ada di situs harus bisa berguna bagi pengunjung dan bagi klien.
Kedua, web developer wajib untuk melatih kliennya untuk menggunakan situs tersebut.

4.      Longevity / Keabadian
Setelah sebuat website selesai, tugas anda dan klien anda belum selesai sepenuhnya.
Karena agar sebuah website bisa berfungsi awet ada beberapa persyaratan wajib. Yaitu:
1. Keterlibatan klien dan
2. SEO.
Website yang tidak diupdate / interaktif akan dilupakan oleh kliennya dan website yang tidak melakukan SEO akan sepi pengunjung.


            Kesimpulannya, Seorang web desaigner harus mengetahui apa yang diinginkan oleh kliennya dalam membuat sebuah desain web, agar klien merasa puas dengan pekerjaan web desaigner tersebut. Kemudia web desaigner juga harus memberikan kelebihan - kelebihan pada desain web yang dibuat seperti tampilan lebih interaktif, perpaduan warna yang menarik dan tata letak atau sitemap yang jelas dan tidak membingungkan pengunjung web tersebut. Seorang web desainer juga harus bekerja sesuai kode etik yang telah di tentukan sebelumnya. Dilihat dari kode etiknya sesuai dengan perkembangan zaman, dan mungkin bisa berkembang mengikuti perkembangan ilmu teknologi sistem informasi yang semakin modern, sehingga keahlian seseorang semakin meningkat pula.




Jumat, 28 Oktober 2016

V-Class Sistem Penunjang Keputusan

Nama   : Diaz Darmawan
NPM   : 12113409
Kelas   : 4KA06

Seorang pengrajin menghasilkan satu tipe meja dan satu tipe kursi.  Proses yang dikerjakan hanya merakit meja dan kursi.  Dibutuhkan waktu 2 jam untuk merakit 1 unit meja dan 30 menit untuk merakit 1 unit kursi.  Perakitan dilakukan oleh 4 orang karyawan dengan waktu kerja 8 jam per hari.  Pelanggan pada umumnya membeli paling banyak 4 kursi untuk satu meja; oleh karena itu pengrajin harus memproduksi kursi paling banyak empat kali jumlah meja.  Harga jual per unit meja adalah Rp. 1,2 juta dan per unit kursi adalah Rp. 500 ribu rupiah.  

Pertanyaan :
Formulasikan dan selesaikan masalah ini !

Jawaban :

Dari pertanyaan diatas dapat kita ketahui bahwa tujuan pengrajin adalah memaksimumkan keuntungan. Sedangkan kendala perusahaan tersebut adalah terbatasnya waktu yang tersedia untuk perakitan meja dan kursi. Apabila ditabelkan akan seperti berikut :



Variabel Keputusan :
Meja = X1
Kursi = X2

Penulisan secara sistematis :
a.     Memaksimalkan Z = 1200000X1 + 500000X2 (fungsi tujuan)
b.      120X1 + 30X2 ≤ 480 (fungsi kendala)
c.       X1,X2 ≥ 0 (fungsi kendala)
Dari formulasi diatas dapat kita hitung keuntungan maksimum yang dapat dicapai oleh pengrajin per hari adalah sebagai berikut :
            Total waktu kerja = 8 jam/hari (480 menit)
            Maksimal meja dan kursi yang dapat di rakit pe hari :
                        Meja : 8 / 2 = 4
                        Kursi : 480 / 30 = 16
Jadi, Z = 1200000X1 + 500000X2
            = ( 1200000 x 4 ) + ( 500000 x 16 )
            = 4800000 + 8000000
            = 12800000

Minggu, 09 Oktober 2016

E- Commerce Buah dan Sayur


1. 1             Latar Belakang Masalah
            Website adalah salah satu media yang paling sering digunakan untuk mendapatkan suatu informasi dengan di dukung adanya teknologi internet. Saat ini banyak orang yang memanfaatkan website dan internet untuk melakukan kegiatan jual beli, website pada bidang jual beli tersebut dikenal dengan sebutan e-commerce.
            E-Commerce saat ini sudah berkembang dengan pesat dengan banyak bemunculannya website – website e-commerce yang bergerak dibidang jual – beli kebutuhan sehari – hari maupun barang elektronik. Namun tidak sedikit pula kegiatan jual beli yang belum memanfaatkan kemudahan e-commerce. Salah satunya adalah kegiatan jual beli buah dan sayur segar.
Kegiatan jual – beli buah dan sayur segar selama ini banyak dimonopoli oleh tengkulak – tengkulak tidak bertanggung jawab yang ingin mencari keuntungannya sendiri, sehingga para petani buah dan sayur tidak dapat menjual hasil panennya dengan harga yang pantas atau dipaksa untuk menjual murah kepada para tengkulak. Padahal kalau kita lihat buah dan sayur dipasar tradisional atau supermarket harganya cukup mahal. Karena alasan tersebut saya berinovasi untuk membuat sebuah website e-commerce yang khusus untuk menjual buah dan sayur segar langsung dari para petani agar mereka mendapatkan haknya dengan menjual hasil panennya dengan harga yang pantas.

1. 2             Batasan Masalah
            Penulis dalam hal ini mebatasi masalah pada kegiatan jual – beli buah dan sayur segar. Dalam hal ini penulis hanya memberikan wadah untuk sistem jual beli yang lebih mudah agar penjual maupun pembeli dapat lebih mudah melakukan tranksasi dengan harga yang sudah disepakati antara penjual dan pembeli.

1. 3             Tujuan Penulisan

            Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memudahkan penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi jual beli buah dan sayur segar. Memotong jalur distribusi buah dan sayur hingga ke tangan pembeli yang selama ini membuat harga buah dan sayur segar menjadi mahal.

Minggu, 19 Juni 2016

Tata Bahasa

1.      Pengertian Tata Bahasa
            
      Tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan - patokan dalam stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi bidang-bidang tata bunyi, tata bentuk, tata kata, dan tata kalimat serta tata makna. Dengan kata lain bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis (Keraf, 1994:27).
            
       Tata bahasa adalah studi struktur kalimat, terutama sekali dengan acuan kepada sintaksis dan morfologi, kerapkali disajikan sebagai buku teks atau buku pegangan. Suatu pemberian kaidah- kaidah yang mengendalikan bahasa secara umum, atau bahasa- bahasa tertentu, yang mencakup semantik, fonologi, dan bahkan kerapkali pula pragmatic (Crystal 1987: 422).
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
·         dalam arti sempit tata bahasa mencakup sintaksis dan morfologi
·   dalam arti luas tata bahasa selain mencakup sintaksis dan morfologi, juga mencakup semantik, fonologi, dan pragmatik.
            
       Dari sumber lain, kita dapati pula keterangan bahwa tata bahasa adalah suatu pemberian atau deskripsi mengenai struktur suatu menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa tersebut. Biasanya juga turut mempertimbangkan makna-makna dan fungsi-fungsi yang dikandung oleh kalimat-kalimat tersebut dalam keseluruhan sistem bahasa itu. Pemberian itu mungkin atau tidak meliputi pemberian bunyi-bunyi suatu bahasa (Ricards [et al] 1987: 125).
      Atau secara singkat kita dapati penjelasan bahwa tata bahasa (dalam teori TG) adalah seperangkat kaidah- kaidah leksikon yang memberikan pengetahuan (kompetensi) yang dimiliki oleh seorang penutur pembicara mengenai bahasanya (Richsrd [et al] 1987: 125).

2.      Macam-Macam Tata Bahasa

1.    Tata Bahsa Tradisional
            Linguistik modern awal mulai pada saat munculnya paham baru Ferdinand de Saussure. Dibalik itu, terbentang ke belakang kira-kira 2000 tahun masa tata bahasa tradisional. Tata bahasa tradisional adalah suatu istilah yang kerap kali digunakan untuk meringkaskan jajaran sikap-sikap dan metode-metode yang dijumpai pada masa studi gramatikal sebelum kedatangan/ munculnya ilmu linguistik. “Tradisi” yang dipermasalahkan itu telah berkisar sekitar 2000 tahun,Masa tersebut begitu panjang, dan menyangkut berbagai bahasa kuno, seperti Yunani, latin didunia barat, bahasa sangsekerta di India, bahasa Ibrani di timur tengah, Romawi kuno dan begitu pula karya- karya para pakar beserta para penulis Renaissance dan para pakar tata bahasa preskriptif abad ke-18. Pengajaran bahasa dikaitkan dengan pembicaraan dalam buku ini adalah bahasa Indonesia dan bahasa asing di Indonesia yang berasal dari barat, yakni bahasa Inggris, pengajaran bahasa Indonesia mendapat pengaruh dari bahasa Belanda yang juga berasal dari dunia barat.
Analisis tata bahasa tradisional mendasarkan pada kaidah bahasa lain terutama Yunani, Romawi, dan Latin. Semua mafhum bahwa karakteristiik bahasa Indonesia, misalnya, tidak sama dengan bahasa-bahasa tersebut. Bahasa Yunani, Romawi, dan Latin tergolong bahasa deklinatif, yaitu yang perubahan katanya menunjukkan kategori, kasus, jumlah, atau jenisnya (Kridalaksana,1984: 36), sedangkan bahasa Indonesia tergolong sebagai bahasa inflektif, yaitu perubahan bentuk katanya menunjukkan hubungan gramatikal (Kridalaksana, 1984: 75). Oleh karena itu, analisis yang demikian akan menjumpai berbagai kesulitan.

2.    Tata Bahasa Struktural
            Tatabahasa struktural mendasarkan analisisnya pada karakteristik bahasa yang bersangkutan sebagaimana adanya bukan didasarkan pada kaidah bahasa lain. Dengan demikian, kajiannya bersifat deskriptif. Sesuai namanya, pengkajian tidak didasarkan pada nosi atau arti, tetapi pada struktur atau perilakunya dalam sruktur: fona dalam fonem, fonem dalam silabel, silabel dalam leksem, leksem dalam tagmem (frasa, klausa, kalimat). Untuk menggambarkan struktur tertentu, struktur tersebut ditempatkan pada kontinum struktur lain yang melingkupinya.
Simposium tata bahasa tentang kata majemuk pada 20 Oktober 1979 merumuskan simpulan, di antaranya sebagai berikut.
a)      Prinsip yang harus dipegang di dalam mengidentifikasikan apakah suatu konstruksi merupakan konstruksi majemuk atau tidak ialah bahwa konstruksi itu memperlihatkan derajat keeratan yang tinggi sehingga merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan.
b)      Sebagai konstruksi yang tak terpisahkan, konstruksi majemuk berperilaku sebagai kata, artinya masing-masing konstituen konstruksi hilang otonominya. Hilannya otonomi itu berarti bahwa masing-masing konstituen tidak dapat dimodifikasikan secara terpisah, maupun di antaranya tidakdapat disisipkan morfem lain tanpa perubahan atas makna aslinya. (Parera, 1988: 117-118)
Rumusan simpulan tersebut dengan jelas menunjukkan penggunaan teori struktural dalam pengindentifikasian konstruksi majemuk seperti tersurat pada istilah (1)konstruksi, (2)kesatuan, (3)konstituen konstruksi, (4)derajat keeratan, dan (5)disisipi.
            Bagaimanakah Ramlan dalam buku Sintaksis mengidentifikasi kalimat tanya? Kalimat tanya, menurut Ramlan (1981: 33), berpola intonasi [2] 3// [2] 3 2 Ú. Pola tersebut berbeda dengan pola kalimat berita [2] 3 // [2] 3 1 Ø, atau pola intonasi kalimat suruh 2 3 Ø atau 2 3 2 Ø (Ramlan, 1981: 32-45). Pengidentifikasian seperti itu menunjukkan bahwa nosi tidak lagi menjadi kerangka konsep struktural, melainkan struktur otonom satuan bahasa yang didesripsikanlah yang dijadikan pijakannya.

3.    Tata Bahasa Generatif
            Arti tata bahasa generatif adalah bahwa bahasa adalah struktur pikiran manusia. Tujuan tata bahasa generatif adalah membentuk model lengkap bahasa terdalam ini (dikenal sebagai i-language). Model ini dapat digunakan untuk menjelaskan semua bahasa manusia dan memperkirakan ketatabahasaan dari ungkapan apapun (yang berarti memperkirakan apakah ungkapan ini terdengar benar oleh para penutur asli suatu bahasa). Pendekatan terhadap bahasa dirintis olehNoam Chomsky. Kebanyakan teori generatif (meskipun tidak semuanya) menganggap bahwa sintaksis didasarkan pada struktur kalimat yang konstituen. Tata bahasa generatig berada diantara teori yang berfokus terutama pada bentuk kalimat, daripada fungsi komunikatifnya.

4.    Tata Bahasa Transformasi
            Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures(1957), yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya melaluiAspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program.
Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1)   Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
2)    Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.
            Pengenalan transformasional salah satunya dilakukan oleh Samsuri pada dua bab terakhir buku Analisa Bahasa (1980) pada edisi kedua. Lewat makalah yang disajikan dalam berbagai kesempatan, khususnya Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atmajaya (PELLBA), Bambang Kaswanti Purwo ( dan juga Soenjono Dardjowidjojo) patut dicatat juga sebagai introduktor dan eksplorator transformasional dalam kajian bahasa Indonesia dan juga bahasa-bahasa nusantara. Misalnya, dalam Simposium Linguistik 1985 (embrio PELLBA) berapa teori mutakhir di bidang linguistik disajikan: “Aliran Transformasional 1957—1965”oleh Samsuri, “Perkembangan Aliran Transformasional 1965 – Kini” oleh Riga Adiwoso, “Teori Tagmemik” oleh Stephanus Djawanai, “Tatabahasa Relasional” oleh Bambang Kaswanti Purwo (Dardjowidjojo, 1987).
Terbitnya dua buku J.D. Parera pada 1988, yaitu Morfologi, dan Sintaksissemakin mempertegas kecenderungan kajian dengan landasan teori transformasional. Sebagai contoh penggunaan teori transformasi, Parera dalam salah satu babnya menguraikan secara transformasional kata petinju dan peninjusebagai berikut (Parera, 1988a: 28).
petinju = Nor + ber—Vd > pe – Vd
peninju = Nor + meN—Vd > peN -- Vd
Contoh tersebut menunjukkan bahwa dalam tata bahasa transformasional, struktur dalam (deep structure) ditransformasikan ke struktur luar (surface structure). Secara generatif transformasional kata, petinju dibentuk melalui verbabertinju, sedangkan kata peninju dibentuk melalui verba meninju. Jadi, pembentukan itu tidak langsung dari dasar tinju.
Penggunaan teori transformasional tersebut semakin tampak padaTatabahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI) yang diterbitkan bersamaan dengan Kongres Bahasa V, pada 1988. Walaupun TBBI memperlihatkan keeklektisan teori-teori, namun transformasional cukup ambil peran. Perhatikanlah bagaimana TBBImenerangkan morfologi verba, nomina, ataupun adjektiva. Istilah ‘penurunan’ senantiasa digunakan untuk itu (Alwi, 1993: 144-163)
4.6.1 Penurunan Verba Taktransitif
4.6.1.1 Verba Taktransitif Asal
4.6.1.2 Penurunan Verba Taktransitif dengan meng-
4.6.1.3 Penurunan Verba Taktransitif dengan ber-
4.6.1.4 Penurunan Verba Taktransitif dengan ber--kan
4.6.1.5 Penurunan Verba Taktransitif dengan ber--an
4.6.1.6 Penurunan Verba Taktransitif dengan ter-
4.6.1.7 Penurunan Verba Taktransitif dengan ke--an
4.6.1.8 Penurunan Verba Taktransitif dengan Perulangan
Pada bab Nomina, Pronomina, dan Numeralia, khususnya penurunan nomina dengan per—an, misalnya, digunakanlah uraian dan contoh berikut (Alwi, 1993: 258-259)
“Nomina dengan per – an juga diturunkan dari verba, tetapi umumnya dari verba taktransitif dan berawalan ber-. Akan tetapi, ada pula nomina per – an yang berkaitan dengan verba meng- atau memper- yang berstatus transitif.
perjanjian ->berjanji
pergerakan -> bergerak
pergelaran -> menggelar
pertahanan -> mempertahankan
perlawanan -> melawan
permintaan -> meminta

5.    Tata Bahasa Transformasi Generatif
            Dalam lingusitik, aliran transformasi generatif (TG) ialah satu aliran mazhab pengkajian bahasa yang telah dikemukakan oleh Noam Chomsky. Beliau merupakan seorang profesor lingustik yang menyumbangkan buah fikirannya di Massachusetts Institute of Technology. Aliran TG yang dikemukakan oleh Chomsky ini diperkenalkan olehnya melalui penerbitan sebuah monograf yang bertajuk Syntactic Structure, pada tahun 1957. Kemudian, teori TG ini diperbaik oleh Chomsky melalui bukunya, Aspect of the Theory of Syntax.
TG memberi tumpuan terhadap bidang sitaksis (ayat) serta mengutamakan bidang semantik(makna). Dasar utama teori ini ialah dengan menganggap bahawa setiap ayat yang dihasilkan sebenarnya mengandungi dua peringkat. Peringkat-peringkat tersebut ialah struktur dalaman dan struktur permukaan.
Struktur dalaman ialah struktur yang mengandungi ayat dasar atau ayat inti. Struktur permukaan pula ialah struktur yang telahpun mengalami perubahan daripada struktur dalamannya dan merupakan bentuk ayat yang dituturkan oleh seseorang penutur.
Mengikut hukum TG, struktur dalaman dan struktur permukaan diterbitkan oleh dua rumus tatabahasa. Rumus-rumus tersebut ialah Rumus Struktur Frasa (RSF) dan Rumus Transformasi. RSF akan membentuk ayat pada struktur dalaman, manakala Rumus Transformasi pula akan menerbitkan ayat pada peringkat permukaan. Ayat-ayat yang terhasil daripada kedua-dua bentuk tersebut biasanya tidak mempunyai persamaan. Ayat yang terhasil daripada struktur dalaman akan menjadi input kepada pembentukan ayat pada peringkat permukaan.

6.    Tata Bahasa Tagmemik
            Pelopor teori Tagmemik adalah Prof. Kenneth Lee Pike seorang pendeta Kristen Protestan dan seorang ahli bahasa ulung yang ikut mendirikan dan mengembangkan Summer Institute of Linguistics, suatu organisasi yang bergerak di bidang penerjemahan Injil. Sebagai seorang pendeta Kristen, Pike membaktikan hidupnya untuk kegiatan pengajaran dan penyebaran Injil serta penerjemahan Injil ke dalam bahasa-bahasa yang belum pernah mengenal kitab ini. Sebagai seorang ilmuwan, Pike membaktikan dirinya di bidang penelitian dan pengembangan ilmu bahasa (Lembaga Bahasa Universitas Atma Jaya, 1987:71). Teori Tagmemik berkembang dari sebuah teori yang lebih komprehensif tentang bahasa dalam ruang lingkup perilaku manusia yang dikembangkan Pike antara tahun 1954-1960.
Teori Tagmemik melakukan studi kebahasaan dengan memandang pentingnya slot-slot yang fungsional dan menggabungkan elemen yang bisa menduduki slot itu ke dalam unit-unit sintaksis yang lebih luas (Wahab, 1990: 13).
Istilah tagmem merupakan suatu kesatuan dasar bahasa yang terdiri dari jalur fungsional dan suatu daftar butir-butir yang saling dapat ditukarkan yang dapat mengisi lajur itu. Tagmem adalah suatu kesatuan, sejajar dengan fonem dan morfem dalam tri-hirarki ketatabahasaan fonologi, leksikon, dan tata bahasa. Ketiga kesatuan dasar itu diperlihatkan sebagai struktur tritunggal dalam karyanya yang berjudul “Language as Particle, Wave, and Field” pada tahun 1959 (Tarigan, 1989: 15-16).
Penamaan Teori Tagmen ini berangkat dari konsep tagmen. Tagmen adalah bagian dari konstruksi gramatikal dengan empat macam kelengkapan spesifikasi ciri, yakni: slot, peran, dan kohesi (Soeparno, 2002:58). Atau juga tagmen adalah Tagmem adalah tempat dalam struktur (sintaksis dan morfologis) bersama dengan kelas formal elemen-elemen yang menduduki tempat tersebut (yang sering disebut dengan istilah slot dengan pengisinya), “Korelasi antara sebuah fungsi gramatikal atau slot dan sebuah kelas dari unsur-unsur yang bisa saling menggantikan yang terdapat dalam slot tersebut. Tagmem mempersatukan konsep-konsep tradisional seperti subyek, predikat, obyek, komplemen, lokatif, temporal, penerima, pelaku, dengan konsep kelas seperti nomina, verba, pronomina, adjektifa, adverbia, dan sebagainya.

7.    Tata Bahasa Pedagogik
Tata bahasa pedagogis atau pedagogical grammar adalah suatu deskripsi gramatikal mengenai suatu bahasa yang diperuntukan bagi maksud- maksud pedagogis, seperti pengajaran bahasa, rancang- bangun, silabus, atau persiapan materi/ bahan pengajaran. Suatu tata bahasa pedagogik dapat saja didasarkan:
·         analisis gramatikal dan deskripsi suatu bahasa
·         teori gramatikal tertentu, seperti tata bahasa transformasi generatif
·         studi atau telaah mengenai masalah- masalah gramatikal para pembelajar (analisis      kesalahan)
·         atau pada gabungan/ ombinasi berbagai pendekatan (Richards [et al] 1987: 210)



Referensi

http://justsangtae.blogspot.co.id/2012/06/tata-bahasa-dalam-bahasa-indonesia.html

Definisi Penulisan Ilmiah

1.      Pengertian Penulisan Ilmiah
            Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Dari definisi yang lain dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Dari pengertian tersebut secara awal kita dapat mengenal salah satu ciri khas karya ilmiah adalah lewat bentuknya yakni tertulis, baik di buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun yang tersebar di internet, di samping ciri lain yang mesti dipenuhi dalam sebuah karya ilmiah.

2.      Macam Karya Tulis Ilmiah 
            Sesuai dengan cirinya yang tertulis tadi, maka karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam bentuk makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
·         MAKALAH

Makalah, adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa.


·         SKRIPSI

Skripsi, adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.


·         TESIS

Tesis, adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.


·         DISERTASI

Disertasi, adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.


·         ARTIKEL

Artikel, merupakan karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya (KBBI 2002: 66).  Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas (Tartono 2005: 84).
Artikel merupakan: karya tulis atau karangan; karangan nonfiksi; karangan yang tak tentu panjangnya; karangan yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur; sarana penyampaiannya adalah surat kabar, majalah, dan sebagainya; wujud karangan berupa berita atau “karkhas” (Pranata 2002: 120).
Artikel mempunyai dua arti: (1) barang, benda, pasal dalam undang- undang dasar atau anggaran dasar; (2) karangan, tulisan yang ada dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Tetapi, kita akan lebih jelas lagi dengan penguraian Webster`s Dictionary yang mengartikan bahwa artikel adalah a literary compositon in a journal (suatu komposisi atau susunan tulisan dalam sebuah jurnal atau penerbitan atau media massa). Sejak tahun 1980 para jurnalis Amerika sepakat untuk memakai istilah artikel bagi tulisan yang berisi pendapat, sikap, atau pendirian subjektif mengenai masalah yang sedang dibahas disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung pendapatnya.


·         ESAI

Esai, adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya. Sebuah esai akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa mengedepankan salah satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu mengekspresikan opini, dengan kata lain semuanya akan menunjukkan sebuah opini pribadi (opini penulis) sebagai analisa akhir. Perbedaannya dengan tulisan yang lain, sebuah esai tidak hanya sekadar menunjukkan fakta atau menceritakan sebuah pengalaman; ia menyelipkan opini penulis di antara fakta-fakta dan pengalaman tersebut. Jadi intinya kita harus memiliki sebuah opini sebelum menulis esai.


·         OPINI

Opini, adalah sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampaknya benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran seseorang; apa yang dipikirkan seseorang; penilaian.


·         FIKSI

Fiksi, satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb adalah hal-hal penting yang memerlukan perhatian tersendiri. Meski demikian, dengan kisah (bisa juga data) yang asalnya dari imajinasi pengarang tersebut, tulisan fiksi memungkinkan kebebasan bagi seorang pengarang untuk membangun sebuah ‘kebenaran’ yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan kepada pembacanya. Sementara itu, kebebasan yang dimiliki pengarang fiksi tadi di lain pihak juga memungkinkan adanya kebebasan bagi pembaca untuk menginterpretasikan makna yang terkandung dalam tulisan tersebut. Artinya, fiksi sangat memungkinkan adanya multi interpretasi makna. Para pendukung tulisan fiksi meliputi: novelis, cerpenis, dramawan dan kadang penyair pun sering dimasukkan ke dalam golongan ini.

            Di Perguruan Tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skrispsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari.
1.      Tujuan Dan Kegunaan
Pada hakikatnya penulisan karya ilmiah pada mahasiswa bertujuan:
·         Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
·         Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
·         Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara STAIN dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
·         Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.

2.      Kesalahan Yang Sering Terjadi
Sebetulnya mahasiswa terlebih para sarjana memiliki modal kemampuan menulis. Hanya saja kemampuan tersebut haruslah senantiasa diasah agar tidak tumpul. Seorang mahasiswa serta sarjana yang memiliki kemampuan menulis akan lebih sukses daripada yang tidak memiliki kemampuan tersebut.
Beberapa bentuk kesalahan yang sering dijumpai dalam tulisan antara lain:
·         Salah mengerti audience atau pembaca tulisannya.
·         Salah dalam menyusun struktur pelaporan.
·         Salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat).
·         Salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan, penggunaan Bahasa Indonesia (akan dibahas secara khusus) yang belum baik dan benar.
·         Tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri).
·         Tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).
·         Isi yang terlalu singkat karena dibuat dengan menggunakan point-form seperti materi presentasi.
·         Isi justru terlalu panjang dengan pengantar introduction yang berlebihan.
            Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

            Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.



Referensi

https://aryonelmessi.wordpress.com/2011/02/24/penulisan-ilmiah-2/

Jumat, 17 Juni 2016

Sistematik Penulisan Makalah

            Membuat makalah sering kita dapatkan berupa tugas-tugas dari guru SMU maupun Dosen Perguruan Tinggi. Makalah merupakan karya tulis ilmiah yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan beserta penjelasanya dengan memperhatikan elemen pendukung secara ilmiah.
Pada prinsipnya, makalah adalah suatu bentuk kecil dari penulisan karya ilmiah, walaupun seperti itu, harus tetap memperhatikan elemen-elemen karya ilmiah pada makalah itu sendiri, tanpa itu karya tulis kita tidak bisa disebut Makalah.

Dan bentuk elemen dasar sebuah makalah terdiri dari :

1        Cover ( hardcover maupun softcover)
2        Judul
3        Kata Pengantar / Prakata
4        Daftar Isi
5        Bab I    :    Pendahuluan
6        Bab II   :    Isi
7        Bab III  :    Penutup
8        Daftar Pustaka

Dan penjabarannya adalah sebagai berikut  :


1        Cover  berisi
·         Judul Makalah
·         Tujuan pembuatan makalah
·         Nama Pembuat
·         Logo Lembaga/ Institusi
·         Nama Lembaga, beserta alamat
·         Tahun Akademik.

2        Judul Makalah


( boleh disamakan seperti bentuk cover ) 


3        Kata Pengantar / Prakata

Mukadimmah atau pembuka , misalnya ucapan puji dan syukur bla bla bla.....
Sekilas mencantumkan judul makalah

Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang dianggap membantu dalam pembuatan makalah tersebut, misalnya atas dukungan moral dan materi yang diberikan, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada : bla bla bla... 

Penutup mukadimmah
Misalnya penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Tanggal dan  nama penulis
 Misalnya Jakarta, 29 juli 2013
 Jaka Tingkir


4        Daftar Isi

DAFTAR ISI bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam pencarian materi yang ada dalam makalah tersebut berikut halamannya.


Halaman judul .................................................................................................................... i
Prakata ..............................................................................................................................ii 
Daftar Isi ...........................................................................................................................iii



5        Bab I --- Pendahuluan

Dalam bab ini kita menerangkan konsep, rencana, gagasan, seputar permasalahan dan tujuan yang termuat dalam Latar Belakang.

Tentukan juga Ruang Lingkup penelitian yang akan mencakup proses-proses yang digunakan untuk menuangkan permasalahan.

Tambahkan juga Tujuan dan Manfaat dari permasalahan yang sedang dibahas.


6        Bab II --- Isi

Uraikan isi atau materi makalah di sini, mulai dari:



·         Definisi / Landasan teori,
·         Ulasan materi
·         Penyelesaikan masalah,
·         Solusi , Hasil Peneltian
·         Kontribusi terhadap permasalahan yang ada pada materi makalah


7        Bab III --- Penutup / Kesimpulan dan Saran

Pada penutup ini,uraikan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian atas apa yang telah berjalan, kelebihan dan kekuranan hasil penelitian, perhitungannya matematis nya
Berikan saran untuk keperluan penelitian akan datang, ataupun berikan saran kepada laboratorium sekolah, dan lain sebagainya dapat dicantumkan di sini.




8        Daftar Pustaka

Merupakan bagian terakhir dalam penyusunan sebuah makalah, Daftar pustaka ini berisi nama-nama literature yang kita jadikan referensi dalam pembuatan makalah tersebut. Perhatikan tata cara penulisan nama, gelar, jabatan agar tidak mengaburkan pengertian pustaka.

Contoh Daftar Pustaka :

Departemen Pendidikan Nasional, 2008,  Sistem Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Panduan Pembelajaran Remidial, Jakarta : Depdiknas.

M. Saleh Muntasir, 1986, Pengajaran Terprogram, Jogjakarta : Karya Anda.

Jawa Pos, 2008, 24 Mei. Mengapa Wanita-wanita Menyukai Olah Raga yang Sangat Melelahkan, Halaman 23.
 
Daftar pustaka meliputi jurnal ilmiah, buku, majalah, surat kabar, media elektronik, interview juga bias dari website internet. Akan tetapi, keberadaan / keabsahan website internet untuk dijadikan referensi karya ilmiah masih menjadi pertentangan di kalangan akademisi.